Minggu, 03 Juni 2012

8. Pengertian mantra
Mantra berasal dari kata Sansekerta yaitu “ mantra” atau “manir” yang merujuk pada kata-kata dalam masa lampau. Dalam masyarakat Melayu, mantra atau juga dikenal sebagai jampi, serapah, atau seru adalah sejenis pengucapan yang  terdengar seperti puisi yang mengandung unsur sihir dan ditujukan untuk mempengaruhi atau mengontrol sesuatu hal untuk memenuhi keinginan penuturnya. Antara lain, mantra merupakan ayat yang dibaca untuk melakukan sihir, yaitu melakukan sesuatu secara kebatinan, seperti menundukkan musuh, melemahkan musuh dan lain-lain.
Selain itu mantra dianggap memiliki kekuatan gaib yang luar-biasa yang memungkinkan pembacanya mengontrol seseorang atau alam. Mantra bisa diartikan sebagai susunan kata yang yang berunsur puisi ( seperti rima dan irama ) yang dianggap mengandung kekuatan gaib, biasanya diucapkan oleh dukun atau pqwang untuk menandingi kekuatan gaib yang lain. Dalam sastra melayu lama, kata lain untuk mantra adalah jampi, serapah, tawar, sembur, cuca, puja, seru, dan tangkal. Mantra termasuk dalam genre sastra lisan yang populer di masyarakat Melayu, sebagaimana pantundan syair. Hanya saja, penggunaannya lebih eksklusif, karena hanya dituturkan oleh orang tertentu saja, seperti pawang dan bomoh (dukun). Menurut orang melayu, pembacaan mantra diyakini dapat menimbulkan kekuatan gaib untuk membantu meraih tujuan-tujuan tertentu.
Sebagaimana dengan pandangan Djamaris ( dalam Udu 2009 : 51 ) mantra adalah suatu hubungan yang diresapi kepercayaan kepada dunia yang gaib dan sakti. Gubahan mantra ini mempunyai seni kata yang khas pula. Kata-katanya dipilih secermat-cermatnya, kalimatnya tersusun rapi, begitu pula dengan iramanya. Menurut Sutrada dkk ( 2006 : 114 ) mantra adalah susunan kata berbentuk puisi (mengandung rima dan irama) yang dianggap sebagai kekuatan gaib biasanya ini digunakan untuk menandingi kekuatan gaib lainnya.
Biasanya, mantra bersifat sihir simpati, yaitu sesuatu sifat disebut atau dikaitkan dengan sesuatu/ seseorang agar pembaca  mantra tersebut dapat memiliki sifat yang sama. Misalnya bacaan mantra, “.... Aku bukan tepuk bantal, tetapi tepuk hatimu...” dan yang lain-lain.
Ciri – ciri mantra pada umumnya adalah
1.    Mantra terdiri dari beberapa rangkaian kata berirama.
2.    Isinya berhubungan dengan kekuatan gaib.
3.    Mantra diamalkan dengan memiliki tujuan tertentu.
4.    Mantra diwarisi dari perguruan atau melalui cara gaib seperti menurun/ keturunan atau mimpi.
Dari segi bentuk, mantra sebenarnya lebih sesuai digolongkan ke dalam bentuk puisi bebas, yang tidak terlalu terikat pada aspek baris, rima dan jumlah kata dalam setiap baris. Dari segi bahasa, mantra biasanya menggunakan bahasa yang khusus yang sukar dipahami. Adakalanya, dukun atau pawang sendiri tidak memahami arti sebenarnya mantra yang ia baca, ia hanya memahami kapan mantra tersebut dibaca dan apa tujuannaya.
Dari segi penggunaan, mantra sangat eksklusif, tidak boleh dituturkan sembarangan, karena bacaannya dianggap keramat dan tabu. Mantra biasanya diciptakan oleh seorang dukun atau pawang, kemudian diwariskan kepada keturunan, murid ataupun orang yang ia anggap akan menggantikan fungsinya sebagai dukun.
Kemunculan dan penggunaan mantra ini dalam masyarakat melayu, berkaitan dengan pola hidup mereka yang tradisional dan sangat dekat dengan alam. Oleh sebab itu, semakin modern pla hidup masyarakat melayu dan semakin jauh mereka dari alam, maka mantra akan semakin tersisihkan dari kehidupan mereka. Biasanya membutuhkan pengamalnya yakin keras, dan jika pengamalnya merasa kurang keyakinan, mantra akan menjadi tawar dan tidak efektif.
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar