Rabu, 06 Juni 2012

lhysna,rolhy,whya Jumat, 01 Juni 2012 RPP Mengintifikasi Unsur- Unsur Intrinsik dan EkstrinsikSuatu Cerita yang Disampaikan Secara Langsung

 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

SEKOLAH : SMA Kartika Kendari
 MATA PELAJARAN : Bahasa Indonesia
 KELAS : X SEMESTER : 1
ALOKASI WAKTU : 2 x 45 Menit

A. STANDAR KOMPETENSI
 Mendengarkan: 1. Memahami siaran atau cerita yang disampaikan secara langsung/tidak langsung.

 B.KOMPETENSI DASAR
Mengidentifikasi unsur sastra (intrinsik dan ekstrinsik) suatu cerita yang disampaikan secara langsung/rekaman

C. INDIKATOR
1.Kognitif
a. Proses
Mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik yang ada di dalam cerpen
b.Produk
Menentukan unsur intrinsik yang ada di dalam cerpen
Menjelaskan maksud unsur intrinsik cerpen
2. Psikomotor
 Menyampaikan unsur-unsur intrinsik yang telah ditemukan di dalam cerpen
 Menanggapi penjelasan tentang unsur-unsur yang ditemukan oleh teman.
3.Afektif
a. Karakter
 Kerja sama Teliti Tanggap
b. Keterampilan sosial
Menyampaikan hasil diskusi dengan baik dan benar Membantu teman yang mengalami kesulitan.

D.TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Kognitif
a. Proses
Setelah membaca cerpen yang disajikan, siswa diharapkan mampu menemukan unsur-unsur intrinsik yang terdapat di dalam cerpen
b. Produk
Setelah membaca dan membahas hasil pencapaian tujuan proses di atas, siswa diharapkan mampu menuliskan kembali unsur-unsur intrinsik yang telah ditemukan. .
2.Psikomotor
Secara berkelompok siswa dapat menyampaikan unsur intrinsik cerpen yang disediakan dalam LKS 1: psikomotor.
3.Afektif
a. Karakter
Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dengan memperhatikan kemajuan dalam perilaku seperti kerja sama, teliti dan tanggap.
b.Keterampilan sosial
Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dengan memperlihatkan kemajuan dalam kerampilan menyampaikan hasil diskusi dengan bahasa yang baik dan benar, bekerja sama dalam kelompoknya, dan membantu teman yang mengalami kesulitan.

E. MATERI PEMBELAJARAN
 Teks cerita pendek

F. MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN
Model pembelajaran : pembelajaran langsung (eksplisit)
 Metode pembelajaran Diskusi Unjuk kerja Penugasan

G. BAHAN  AJAR
 Lembar kerja Spidol

H. ALAT
Teks Cerita Pendek

I  SKENARIO PEMBELAJARAN

NOKegiatan awal kegiatan intikegiatan akhir
A11. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan menanyakan keadaan siswa yang tidak hadir1. Siswa membentuk kelompok antara 4-5 orang per kelompok.

1.Guru dan siswa melakukan refleksi tentang pembelajaran hari ini.
B22.Guru memberi motivasi kepada siswa.2. Guru memberi penjelasan tentang kinerja yang akan dilakukan siswa pada saat menyimak cerita yang akan disampaikan.2.Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran hari ini.
C33. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai3.Siswa mendengarkan/menyimak cerita pendek yang sudah disediakan oleh guru, yang akan dibacakan oleh teman secara bergantian.3.Guru memberi tugas kepada siswa kemudian pembelajaran ditutup dengan salam.
D44.Guru melakukan apersepsi dengan bertanya mengenai pengetahuan siswa tentang unsur intrinsik yang terdapat dalam karya sastra B14.Secara berkelompok siswa berdiskusi mengenai unsur intrinsik di dalam cerpen kemudian mengidentifikasi dan menuliskan unsur intrinsik yang terdapat di dalam cerpen. Setiap kelompok menunjuk salah satu anggotanya untuk menyampaikan secara lisan hasil diskusi secara runtut dan jelas di depan kelas. Siswa bertanya jawab/menanggapi informasi yang didengar/disimak dengan bahasa dan alasan yang rasional dan logis.4.kemudian guru menutup pelajaran.

J. . SUMBER PEMBELAJARAN
 Buku: Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA kelas X Materi esensial Bahasa Indonesia Silabus

K. EVALUASI DAN PENILAIAN
Tugas Individu: Menggunakan LKS Jenis Tagihan Penilaian: LKS 1 dan LP 1 Bentuk Instrumen Penilaian: Uraian Bebas Jawaban Singkat  

 LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BAHASA INDONESIA SMA KELAS X SEMESTER 1

 Standar Kompetensi
Mendengarkan: 1. Memahami siaran atau cerita yang disampaikan secara langsung/tidak langsung.

 Oleh: Media Pembelajaran:

 Cerpen

 Aku bagaikan manusia yang terhina. Rasanya kehadiranku tak pernah diharapkan siapapun, bahkan oleh kedua orang tuaku. Aku lahir dari sebuah keluarga yang hidupnya sangat memprihatinkan. Teramat sangat, karena kedua orang tuaku hidup dengan tidak layak ditambah lagi dengan pendidikan rendah dan sikap yang kolot. Hidup dengan kekurangan disana-sini menjadikan ibu dan bapak sebagai orang tua yang haus akan materi. Namun parahnya tiada upaya, hanya impian meninggi namun sangat tipis usaha untuk menggapainya. Jangan tanyakan di mana keluarga kami yang lain. Karena keadaannya sama saja. Entah mengapa aku lahir di tengah-tengah kelurga bobrok ini, bahkan aku menyebutnya keluarga terkutuk. Pada dasarnya orangtuaku mengharapkan anak mereka yang lahir adalah lelaki, karena mereka berharap kami akan membantu perekonomian keluarga. Namun, anak pertama terlahir sebagai perempuan, berlanjut terus tanpa henti hingga aku terlahir sebagai perempuan di urutan ke delapan. Hah…tidak usah heran, karena mereka pun tak pernah lelah mengharapkan impian bodoh mereka itu. Kedengarannya kasar sekali aku mengecam orang tua dan keluargaku sendiri. Namun, itulah kerasnya kehidupan, kadang kita akan terseret ke dalam arus disekelilingnya. Aku muak!! Aku tak ingin terus-terusan hidup luntang – lantung dalam kehidupan menyebalkan seperti ini. Apalagi setelah kelahiranku beberapa tahu lalu bapak pergi entah ke mana. Ia mungkin tak sanggup lagi memikul tanggung jawab untuk menafkahi sembilan orang perempuan yang hanya menyusahkan kehidupannya. Aku tahu di luar sana ia pasti berteriak lega. Hingga sudah bisa ditebak aku tak pernah tahu bagaimana rupa bapakku itu. Malam ini ku pilih sebagai malam yang tepat untuk mengakhiri bebanku selama ini. Apakah aku akan bunuh diri? Owh, tidak!! Aku tidak sebodoh itu. Aku hanya ingin memulai kehidupan baruku. Yaa, sama seperti bapak yang lari meninggalkan kami. Toh aku juga tidak akan dicari oleh mereka. Malah sangat pasti mereka akan senang, karena tanggungan mereka berkurang satu lagi. Hari-hariku berjalan dan berlanjut apa adanya. Awalnya sulit karena aku harus hidup sendiri tanpa ada yang perduli dengan diriku. Terkadang aku berpikir untuk mencari bapak. Ibu pernah bercerita, bahwa bapak mempunyai tanda yang bisa aku kenali. Yaitu ia mempunya tanda lahir berbentuk bulan sabit berwarna hitam legam di punggung sebelah kanan. Tanda yang langka, sehingga mudah untuk dikenali. Namun, apakah mungkin aku memeriksa punggung setiap laki-laki? Hah, mustahil. Sudahlah aku pun melenyapkan keinginan gila itu. Lagipula jika aku bertemu dengannya, aku mau apa darinya? Aku sudah teramat benci terhadapnya. Lelaki tak bertanggung jawab.!! Mungkin itulah awal dari kebencian ku yang teramat sangat terhadap lelaki. Apalagi aku terbiasa hidup di lingkungan perempuan yang mandiri tanpa lelaki. Ibu pun seolah mengajarkan untuk benci terhadap lelaki. Akhirnya ini juga yang membawaku ke dalam lembah kesalahan. Semua orang tahu bahwa hidup di jalan bukanlah hal mudah. Sangat banyak godaan yang menyesatkan. Dan aku pun tak bisa menghindarinya. Dan yang membuat aku bertahan dengan semua itu karena aku menikmatinya. Aku tak punya keahlian apa-apa. Yakh, terpaksa untuk membiayai hidup aku pun bekerja menjual diri. Mungkin bagi orang, perjalanan ini sudah biasa. Sudah tak sedih lagi. Sudah bassiiii….!!! Tapi itu tanggapan orang yang hanya mendengarnya, tapi bagiku yang merasakannya, ini sangat sakit. Saakiiit…. dan pedih…! Namun hal itu tak membuatku sedikit bersimpati terhadap pria. Jangan pikir aku akan menyerahkan tubuh ini pada pria-pria di luar sana yang nakal. Hah,,,tidak!! Tidak akan pernah.!! Lalu,, pada siapa?? Yakh, tentu saja terhadap sesama jenisku: perempuan. Hufft….aku merapikan pakaianku dan bergegas meninggalkan hotel. Siang itu aku baru saja “melayani” pelanggan setiaku. Pelangganku memang terbilang sedikit, karena memang susah untuk mencari yang seperti kami. Mungkin banyak, tetapi banyak yang tidak mau mengakui bahwa mereka adalah kaum lesbi. Namun, biarlah dengan begitu sainganku tidak terlalu banyak, dan tentu saja bayaranku akan tinggi. Seiring bertambahnya usia, pelangganku semakin berkurang. Apalagi usia yang semakin menua membuat parasku tak secantik dulu. Tenagaku pun tak sehebat dulu lagi. Sehingga banyak pelangganku yang kabur. Aku pun mulai berpikir untuk mencoba “menjualnya” kepada lelaki. Aku yakin pelanggan lelaki lebih banyak dan lebih mudah didapat. Lagipula tubuhku pun masih belum terlalu jelek bagi para lelaki. Awalnya aku berat, sangat berat. Aku tak pernah membayangkan akan melakukannya dengan lelaki. Karena terus terang rasa benci yang tertanam sejak kecil, belum bisa aku lenyapkan. Tapi kehidupan yang menuntunku. Malam ini, aku pun mendapatkan pelanggan pria pertama ku. Aku sama sekali tak merasakan apapun terhadap pria ini. Seorang pria paruh baya, yang dalam pikiranku sungguh tidak tahu diri. Seharusnya ia insaf, karena melihat tampangnya ia tak akan berumur panjang lagi. Tapi,,, sudahlah. Yang terpenting aku mendapatkan uang. Kami pun memulainya. Aku sungguh baru pertama melakukan ini dengan pria, setelah puluhan tahun aku bergelut dalam dunia hitam ini dan melakukannya dengan wanita. Aku merasakan hal aneh. Entah, apa namanya. Aku merasakan kesedihan yang mendalam. Ketika ia mulai menjelajahi tubuhku, hingga melucuti satu-persatu pakaian yang melekat ditubuhku. Namun, ditengah “permainan hot” kami itu, aku tersentak kaget. Aku kemudian segera memakai pakaianku. Aku tak peduli ketika pria itu terus memanggilku. Aku menghempaskan tubuhnya yang masih berusaha untuk memaksa aku kembali melanjutkan hubungan tadi. “ Kita belum selesai nona!! Jadi kamu tidak akan bisa lari dariku”. Huh…aku tidak peduli. Aku menhempaskan tubuhnya. Kutatap lekat-lekat wajahnya. Wajah itu seperti tak asing bagiku. Bahkan aku segera merasakan perasaan benci yang memuncak terhadap semua lelaki. Aku berlari terus berlari. Tiba-tiba saja rasa penasaran tentang sosok selama ini yang aku cari-cari hilang sudah. Karena baru saja aku melihat sebuah tanda bulan sabit berwarna hitam legam di punggung sebelah kanan. SELESAI


.LKS 1:                        LEMBAR KERJA SISWA           Bahasa Indonesia
Nama……………… Kelompok……………… Tanggal……………
Kegiatan 1                                                                                                     
              Bacalah cerita pendek yang telah disediakan.                            Setelah membaca, kerjakan langkah-langkah berikut:
1. Tentukanlah unsur-unsur intrinsik yang terdapat di dalam cerpetersebut! ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………….


LKS 2:                       LEMBAR KERJA SISWA                           Bahasa Indonesia

Nama……………………. Kelompok……………… Tanggal……………….
Kegiatan 2                                                                                                                 Carilah sebuah Cerpen.
Lalu bacalah. Setelah membaca, kerjakan langkah-langkah berikut:
Tentukanlah unsur-unsur intrinsik yang terdapat di dalam cerpen tersebut!……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………. ……………………………
………………………………………………….

LEMBAR PEGANGAN GURU
(LPG)
k


 BAHASA INDONESIA
 SMA KELAS X SEMESTER 1


 Standar Kompetensi
Mendengarkan: 1. Memahami siaran atau cerita yang disampaikan secara langsung/tidak langsung.

Oleh:  

 Unsur Intrinsik Karya Sastra
 adalah unsur-unsur yang secara organik membangun sebuah karya sastra dari dalam Contoh unsur intrinsik
 (1) tokoh
 (2) alur
(3) latar,
(4) judul
 (5) sudut pandang
(6) gaya dan nada
Secara umum unsur-unsur intrinsik karya sastra prosa adalah:
 1. Tokoh /karakter
2. Alur / plot
 3. latar/ setting
4. sudut pandang (point of view)
5. tema
6. amanat
  Karakter adalah orang yang mengambil bagian dan mengalami peristiwa-peristiwa atau sebagian peristiwa-peristiwa yang digambarkan di dalam plot.  Plot adalah rangkaian peristiwa yang satu sama lain dihubungan dengan hukum sebab-akibat.  Latar adalah latar peristiwa yang menyangkut tempat, ruang, dan waktu. Tema adalah gagasan pokok yang terkandung dalam drama yang  berhubungan dengan arti (mearning atau dulce) drama itu; bersifat lugas, objektif, dan khusus.  Amanat adalah pesan yang hendak disampaikan oleh pengarang kepada pembaca yang berhubungan dengan makna (significance atau utile) drama itu; bersifat kias, subjektif, dan umum.

 PEMBEDAAN TOKOH

A. Dilihat dari segi peranan/ tingkat pentingnya/ keterlibatan dalam cerita
1. tokoh utama (main/ central character) yaitu tokoh yang diutamakan penceritaannya
 2. tokoh tambahan (peripheral character) yaitu penceritaan relatif pendek (tidak mendominasi)

 B. Dilihat dari fungsi penampilan tokoh
 1. Protagonis memberikan simpati, empati, melibatkan diri secara emosional terhadap tokoh tersebut. Tokoh yang disikapi demikian disebut tokoh protagonis.
 2. Antagonis - tokoh yang menyebabkan terjadinya konflik - beroposisi dengan tokoh protagonis - Peran antagonis dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. tokoh antagonis
 2. kekuatan antagonis (tak disebabkan oleh seorang tokoh) Contoh: bencana alam, kecelakaan, nilai-nilai sosial, lingkungan alam, nilai moral, kekuasaan dan kekuatan yang lebih tinggi, dan sebagainya.

 C. Berdasarkan Perwatakannya
1. Tokoh Sederhana/ Simple/ Flat Tokoh yang hanya mempunyai satu kualitas pribadi (datar, monoton, hanya mencerminkan satu watak tertentu). Biasanya dapat dirumuskan dengan satu kalimat 2. Tokoh Bulat/ Complex/ Round Diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupan, kepribadian, dan jati dirinya. Bertentangan, sulit diduga, dan mempunyai unsur surprise. Keduanya tidak bersifat bertentangan, hanya merupakan gradasi saja.
 D. Berdasarkan berkembang atau tidaknya perwatakan tokoh
 • Tokoh Statis adalah tokoh tak berkembang yang secara esensial tidak mengalami perubahan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat peristiwa-peristiwa yang terjadi.
 • Tokoh Berkembang
 • mengalami perkembangan perwatakan dalam penokohan yang bersifat statis biasanya dikenal tokoh hitam dan tokoh putih

 E. Berdasarkan Kemungkinan Pencerminan Tokoh terhadap Manusia dari Kehidupan Nyata
 • Tokoh Tipikal pada hakekatnya dipandang sebagai reaksi, tanggapan, penerimaan, tafsiran pengarang terhadap tokoh manusia di dunia nyata. Contoh guru, pejuang, dan lain-lain.
• Tokoh Netral tokoh cerita yang bereksistensi demi cerita itu sendiri. Ia benar-benar merupakan tokoh imajiner

LEMBAR PENILAIAN
(LP)
 BAHASA INDONESIA SMA KELAS X SEMESTER 1

 Standar Kompetensi
Mendengarkan: 1. Memahami siaran atau cerita yang disampaikan secara langsung/tidak langsung.

Oleh:

LPI: KOGNITIF PROSES

              Pedoman  Penskoran LKS
nokomponen deskriptor skor 1 2 3
1.Mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik yang ada di dalam cerpen  Siswa mampu Mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik yang ada di dalam cerpen

keterangan:
1.(3) sangat tepat
2. (2) tepat
3. (1) tidak tepat

 Cara Pemberian Nilai

 Rumus: Nilai=(Skor Perolehan Siswa)/(Skor Maksimun) x 100


 LP 2 : KOGNITIF PRODUK

 Pedoman Penskoran LKS 2
NOKomponen DeskriptorSkor 1 2 3
1 1 Menentukan unsur intrinsik yang ada di dalam cerpen 2.Siswa mampu menentukan unsur intrinsik yang ada di dalam cerpen 3.Menjelaskan maksud unsur intrinsik cerpen1Menjelaskan maksud unsur intrinsik cerpen yang telah ditemukan
 2. Siswa mampu menjelaskan maksud unsur intrinsik cerpen yang telah ditemukan


 Keterangan:
1. (3) sangat tepat
2. (2) tepat
3.  (1) tidak tepat

 Cara Pemberian Nilai

Rumus: (Skor Perolehan Siswa)/(Skor Maksimun) x 100

LP 3 : PSIKOMOTOR
 Pedoman Penskoran LKS 2
>
Nokomponen     deskriptorskorcatatan
1.Mampu membacakan hasil identifikasi unsur intrinsik yang terdapat di dalam cerpen, dengan kriteria:       1. suara 


                    2. lafal



3. intonasi      
a. sanagat jelas
b. kurang jelas
c. tidak jelas





a. sangat jelas
b. kurang jelas
c. tidak jelas



1. sangat jelas
2. kurang jelas
3. tidak jelas




3
2
1




3
2
1








3
2
1




























2.Menanggapi hasil identifikasi yang disampaikan temanSiswa mampu menanggapi hasil identifikasi unsur intrinsic cerpen yang disampaikan teman3
2
1


 Keterangan:
1. (3) sangat tepat
2. (2) tepat
3. (1) tidak tepat


 Cara Pemberian Nilai

 Rumus: (Skor Perolehan Siswa)/(Skor Maksimun) x 100


LP 4 : AFEKTIF (KARAKTER)

>
NOTanggung Jawab Disiplin Ketekunan Kreatif KritisSkor Total
112341234123412341234
212341234123412341234
312341234123412341234
412341234123412341234
512341234123412341234
612341234123412341234
712341234123412341234
812341234123412341234
912341234123412341234
1012341234123412341234
1112341234123412341234
1212341234123412341234
1312341234123412341234
1412341234123412341234
1512341234123412341234
1612341234123412341234
1712341234123412341234
1812341234123412341234
1912341234123412341234
2012341234123412341234
2112341234123412341234
2212341234123412341234
2312341234123412341234
2412341234123412341234
2412341234123412341234
2512341234123412341234
2612341234123412341234
2712341234123412341234
2812341234123412341234
2912341234123412341234
3012341234123412341234
3112341234123412341234
3212341234123412341234
3312341234123412341234
3412341234123412341234
3512341234123412341234
3612341234123412341234
3712341234123412341234

Keterangan
4 = sangat baik 
2 = kurang baik
3 = baik
1 = tidak baik

LP 5 : AFEKTIF ( KECAKAPAN SOSIAL)



NoInisiatifBerbahasa santun dan komunikatifPartisipasiSkor total
1.
InisiatifBerbahasa santun dan komunikatifPartisipasiTinju
pertamaTinjuItaTinjuTinju
LP 5 : AFEKTIF (KECAKAPAN SOSIAL)
 Karakter Skor Total Inisiatif Berbahasa Santun dan Komunikatif Partisipasi 1 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 2 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 3 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 6 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 7 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 8 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 9 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 10 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 11 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 12 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 13 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 14 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 15 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 16 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 17 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 18 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 19 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 20 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 21 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 22 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 23 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 24 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 25 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 … Keterangan 4 = sangat baik 2 = kurang baik 3 = baik 1 = tidak baik Kendari,13 Desember 2011 Mengetahui, Guru Pamong Mahasiswa KKP-PPL Nur Niati, S.Pd Eka Cahyowati Menyetujui, Kepala Sekolah Drs. H. N.P Dahlan

Selasa, 05 Juni 2012

20.MENULIS SURAT LAMARAN PEKERJAAN
XII.1
Standar Kompetensi
Mengungkapkan informasi dalam bentuk surat lamaran pekerjan, laporan dan resensi.
Kompetensi Dasar
Menulis surat lamaran pekerjaan berdasarkan unsur-unsur dan struktur surat.



Setiap orang memiliki cita-cita yang berbeda –beda.bagaimana dengan anda?Setelah lulus sekolah,Anda mungkin berencna untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Namun,di antara anda mungkin ada pula yang memutuskan untuk mencari pekerjaan.Bagi anda yang ingin mencari pekerjaa,anda harus mengenal penulisan surat lamaran kerja.Perhatikan contoh surat lamaran pekerjaan berikut ini.
Yth.Kepala Personalia
PT  Bosowa
Jalan Rambutan No.61
Kendari
      
Dengan hormat,
Berdasarkan iklan yang dimuat dalam Harian Umum Kendari Pos,tanggal 24 November 2010 tentang adanya lowongan pekerjaan tenaga pamasaran,saya yang bertanda tangan dibawah ini
nama             : Fina Amalia
tempat/tanggal lahir    : Kendari,8 Maret 1986
alamat             : Jalan Saranani No.123,Kendari.
pendidikan         : SMA
Dengan ini mengajukan lamaran pekerjaan untuk megisi lowongan tersebut sebagai bahan pertimbangan,bersama surat ini,saya lampirkan:
1.daftar riwayat hidup;
2.fotokopi ijazah SMA;
3.fotokopi KTP;
4.fotokopi sertifikat kursus komputer;
5.dua lembar pasfoto terbaru ukuran 4X 6 cm
Demikian surat lamaran pekerjaan  ini saya ajukan.Atas perhatian Bapak, saya mengucapkan terima kasih.
                                    Hormat saya
Fina Amalia
Saat menulis surat lamaran, Anda harus memperhatikan penggunaan bahasanya, seperti struktur diksi, kejelasan kalimat, kaitan antarkalimat dan Ejaan yang Disempurnakan. Dalam hal struktur,Anda dapat melihatnya dari susunan kalimat seperti contoh berikut:
Atas Perhatiannya saya mengucapkan terima kasih.(salah)
Atas Perhatian  Bapak/Ibu, saya mengucapkan terima kasih.(benar)
Diksi atau pilihan kata dalam surat lamaran pekerjaan harus tepat.Hal ini dapat dilihat pada contoh berikut ini.
Dengan salam. (salah)
Dengan hormat. (benar)
Penggunaan kalimat pun harus singkat dan jelas.Jangan menulis  panjang lebar karena akan membuat jenuh orang yang membacanya.Berikut cntoh kalimat singkat, tetapi jelas.
Demikian surat lamaran pekejaan ini saya ajukan
Kalimat-kalimat dalam surat lamaran pekerjaan harus saling berkaitan. Jangan sampai ada kesalahpahaman dalam hal pembacaan surat. Selain itu, tanda baca pun harus diperhatikan.Perhatikan contoh berikut ini.
PT. Bosowa Kendari (salah)
PT Bosowa Kendari (benar)
Untuk melengkpi surat lamaran pekerjaan, Anda harus melampirkan  daftar riwayat hidup. Daftar berisi data pribadi dan riwayat kehidupan Anda.




















       











19. CONTOH WACANA PERCAKAPAN

Pak kades :”Bapak-bapaka,hasil teknologi suadah banyak yang masuk ke desa.”
Pak imron :”Teknologi ... iti apa,Pak kades?”
Pak kades : “Teknologi itu ilmu teknik.yang dimasudkan dengan teknik yaitu pengetahuan dan kepandaian membuat sesuatu yang berkenaan dengan hasil industri.
Pak basri : “koran,dan televisi juga termasuk hasil teknologi,ya,pak.”
Pak kades :” ya.koran dan televisi itu termasuk hasil teknologi di bidang komunikasi atau pengiriman dan penerimaan berita.”
Pak jaja : “Hasil teknologi yang penting bagi kita kaum tani ini,pak?”
Pak kades : ‘Tentu saja ya hasil teknologi pertanian,pak.misalnya pupuk dan obat-obatan pemberantas hama.ada hasil teknologi barang konsumsi,barang bangunan, dan barang-barang keperluan hidup yang lain.”
Pak imran : ‘Wah,sekarang ini banyak barang-barang baru yang membuat kita sering tidak tahu bagaimana cara menggunakanya.”
Pak kades  :” Benar,pak imron.kita perlu mengadakan tukar pengalaman.maka perlu ada penyuluhan dari yang ahli.nah,masud saya mengumpulkan Bapak-bapak,para anggota kelompocapir,hari ini kita akan mendengarkan penjelasan dari pak mantri tentang penggunaan pupuk yang baik dan bahayanya menggunakan pestisida,”
Pak basri :” Baik sekali, kades.penjelasan itu penting sekali bagi kami.”
Pak kades : “kalau begitu,saya persilakan pak mantri untuk menyampaikanya!”
1.    Tentukan jenis wacananya dan alasanya?
    Jenis wacananya adalah wacana narasi alasanya karena percakapan ini menceritakan atau menyajikan sutudan  hal kejadian melalui penonjolan tokoh pelaku orang pertama seperti kami,saya dan bisa memperluas wawasan pendengar seperti kutipan percakapan di atas hari ini kita akan mendengarkan penjelasan dari mantri tentang penggunaan pupuk yang baik dan bahayany menggunakan pestisida.
2.    Analisis konteks wacananya
Menurut DeL Hymes mengemukakan enam unsur pembentuk konteks wacana:
1.    Setting(latar) latar ini mengacu pada ruang dan waktu.
Waktu dan tempat percakapan di atas adalah pagi,siang hari dan tempatnya di balai pertemuan.
2.    Peserta(participants) peserta mengacu pada peserta percakapan.
Peserta percakapan di atas adalalah Pak kades.pak imron.pak jaja,dan pak basri.
3.    Ends(hasil) hasil mengacu pada hasil percakapan dan tujuan percakapan.
Hasil percakapan di atas adalah mendengarkan penjelasan tentang penggunaan pupuk yang baik dan bahayanya menggunakan pestisida.
4.    Amanat(message) amanat mengacu pada bentuk dan isi amanat.
Bentuk amanat percakapan di atas adalah pak kades berbicara kepada rakyatnya  untuk mendengarkan  penyampaian pak mantri tentang pengunaan pupuk yang baik dan bahanya menggunakan pestisida.
Isi amanat percakapan  di  atas adalah pak kades berharap banyak kepada warganya agar mendengarkan penyampaian dari pak mantri tentang penggunan pupuk yang baik dan cara menggunakan pestisida.
5.    Key(cara) cara mengacu pada semangat melakukan percakapan.
Cara dalam percakapan di atas adalah dengan meyakinkan dan bersemangat ditandi dengan  mendengarkan penyampaian pak mantri.
6.    Instrumem(sarana) sarana mengacu pada pemakaian bahasa dilaksanakan secara lisan atau tulis dan mengacu pada variasi bahasa yang digunakan.
Sarana yang digunakan dalam percakapan di atas adalah sarana lisan karena mereka bertanya jawab seperti dialog di atas.
7.    Norma(norms)norma ini mengacu pada perilaku peserta percakapan.
Norma yang ada pada percakapan ini adalah diskusi karena setiap
orang memberikan tangapan.
8.    Gendre (jenis) jenis ini mengacu pada kategori.
Jenis percakapan di atas adalah wacana narasi.
3.    Menentukan topik ,tema dan judulnya.
1.    Topik dalam percakapan di atas adalah teknologi masuk ke desa.
2.    Tema dalam percakapan di atas adalah teknik pengetahuan dan kepandaian membuat sesuatu yang berkanan denagan hasil industri.
3.    Judul dalam percakapan di atas adalah hasil teknologi sudah banyak masuk di desa.
4.    Analisis koherensinya
1.[_ kalimat satu dan kedua tidak konheren.
2.[_
3.[_kalimat dua dan tiga tidak konheren.
4.[_kalimat tiga dan empat yaitu konheren karena ditandai denagn hubungan makna adisi(penambahan)yakni dan
5.{_kalimat empat dan lima yaitu konheren karena ditantai denagn hubungan makna intrumen(alat) yakni dengan itu.
6.[_kalimat lima dan enam yaitu tidak konheren.
7.{_kalimat enam dan tujuh yaitu konheren karena ditandai dengan hubungan makna kontrak(perlawanan) yakni akan tetapi.
8.[_kalimat tujuh dan delapan yaitu konheren karena ditandai dengan hubungan makna kuasalitas(sebab-akibat) yakni oleh karena itu.
9.[_kalimat delapan dan sembilan tidak konheren.
10.[_kalimat sembilan dan sepuluh yaitu konheren karena ditandai dengan hubungan makna similaritas(kemiripan/kesamaan) yakni serupa dengan.
11.[_kalimat sepulu dan sebelas yaitu konheren karena ditandai dengan hubungan makna kondisi(pengandaiaan) yakni asal seperti itu.
12.[_kalimat sebelas dan dua belas tidak konheren.
13.[_kalimat dua belas dan tiga belas tidak konheren.
14.[_kalimat tiga belas dan empat belas yaitu konheren karena ditandai dengan hubungan makna kualasitas(sebab-akibat) yakni oleh karena itu.
15.[_kalimat empat belas dan lima belas yaitu konheren karena ditandai dengan hubungan instrumen(alat) yaitu dengan itu.
16.[_kalimat lima belas dan enam belas tidak konheren.
17.[_kalimat enam belas dan tujuh belas yaitu konheren karena ditandai dengan hubungan makna intesitas(penyangatan)yakni justru.
18.[_kalimat tujuh belas dan delapan belas yaitu konheren karena ditandai dengan hubungan makna konklusi(kesimpulan) yakni jadi.
19.[_kalimat delapan belas dan sembilan belas yaitu tidak konheren.


urutannama pacarHobby PacarHobby Pacar
pertamaItaTinjuvolly
keduaMitabegadangbadminton
ketigaMianonton film perangnonton film horor
keempatTamiTidurbelajar
17. Pengertian Mantra
Mantra berasal dari kata Sansekerta yaitu "mantra" atau "manir" yang merujuk pada kata-kata dalam masa lampau. Dalam masyarakat Melayu, mantra atau juga dikenal sebagai jampi, serapah, atau seru adalah sejenis pengucapan yang terdengar seperti puisi yang mengandung unsur sihir dan ditujukan untuk mempengaruhi atau mengontrol sesuatu hal untuk memenuhi kenginan penuturnya. Antara lain, mantra merupakan ayat yang dibaca untuk melakukan sihir, yaitu melakukan sesuatu secara kebatinan, seperti menundukkan musuh, melemahkan musuh dan lain-lain.
Selain itu mantra dianggap memiliki kekuatan gaib yang luar-biasa yang memungkinkan pembacanya mengontrol seseorang atau alam. Mantra bisa diartikan sebagai susunan kata yang berunsur puisi (seperti rima dan irama) yang dianggap mengandung kekuatan gaib, biasanya diucapkan oleh dukun atau pawang untuk menandingi kekuatan gaib yang lain. Dalam sastra Melayu lama, kata lain untuk mantra adalah /jampi, serapah, tawar, sembur, cuca, puja, seru dan tangkal. Mantra termasuk dalam genre sastra lisan yang populer di masyarakat Melayu, sebagaimana pantun dan syair. Hanya saja, penggunaannya lebih eksklusif, karena hanya dituturkan oleh orang tertentu saja, seperti pawang dan bomoh (dukun). Menurut orang Melayu, pembacaan mantra diyakini dapat menimbulkan kekuatan gaib untuk membantu meraih tujuan-tujuan tertentu.
Sebagaimana dengan pandangan Bj Udu (dalam Udu 2009 : 51) mantra adalah suatu hubungan yang diresapi kepercayaan kepada dunia yang gaib dan sakti. Gubahan mantra itu mempunyai seni kata yang khas pula. Kata-katanya dipilih secermat-cermatnya, kalimatnya tersusun rapi, begitu pula dengan iramanya. Menurut Sutrada dkk (2006 : 114) mantra adalah susunan kata berbentuk puisi (mengandung rima dan irama)yang dianggap sebagai kekuatan gaib biasanya mantra ini digunakan untuk menandingi kekuatan gaib lainnya.
Biasanya, mantra bersifat sihir simpati, yaitu sesuatu sifat disebut atau dikaitkan dengan sesuatu/seseorang agar pembaca mantra tersebut dapat memiliki sifat yang sama. Misalnya bacaan mantra, ".... Aku bukan tepuk bantal, tetapi tepuk hatimu ....." dan yang lain-lain.
A.    Ciri-ciri mantra pada umumnya adalah:
1.    Mantra terdiri dari beberapa rangkaian kata berirama.
2.    Isinya berhubungan dengan kekuasaan gaib
3.    Mantra diamalkan dengan memiliki tujuan tertentu.
4.    Mantra diwarisi dari perguruan atau melalui cara gaib seperti menurun/                             keturunan atau mimpi.
Di lihat dari segi bentuk, mantra sebenarnya lebih sesuai digolongkan ke dalam bentuk puisi bebas, yang tidak terlalu terikat pada aspek baris, rima dan jumlah kata dalam setiap baris. Dari segi bahasa, mantra biasanya menggunakan bahasa khusus yang sukar dipahami. Adakalanya, dukun atau pawang sendiri tidak memahami arti sebenarnya mantra yang ia baca; ia hanya memahami kapan mantra tersebut dibaca dan apa tujuannya. Dari segi penggunaan, mantra sangat eksklusif, tidak boleh dituturkan sembarangan, karena bacaannya dianggap keramat dan tabu. Mantra biasanya diciptakan oleh seorang dukun atau pawang, kemudian diwariskan kepada keturunan, murid ataupun orang yang ia anggap akan menggantikan fungsinya sebagai dukun.
Kemunculan dan penggunaan mantra ini dalam masyarakat melayu, berkaitan dengan pola hidup mereka yang tradisional dan sangat dekat dengan alam. Oleh sebab itu, semakin modern pola hidup masyarakat melayu dan semakin jauh mereka dari alam, maka mantra akan semakin tersisihkan dari kehidupan mereka. Biasanya membutuhkan pengamalnya yakin keras, dan jika pengamalnya merasa kurang keyakinan, Mantra akan menjadi tawar dan tidak efektif.
16. Pengertian hikayat
Hikayat adalah salah satu bentuk sastra prosa terutama dalam bahasa Melayu yang berisikan tentang kisah, cerita dan dongeng. Umumnya mengisahkan tentang kehebatan maupun kepahlawanan seseorang lengkap dengan keanehan, kesaktian, serta mukjizat tokoh utama.
Ciri-ciri hikayat
a.    sebagai suatu jenis sastra, hikayat memiliki cara tersendiri dalam menampilkan realitas kehidupan
b.    sebagai sebuah karangan hikayat bermediakan bahasa Melayu
c.    berhubung pada dasarnya hal yang diungkapkan pengarang disampaikan dengan jelas menceritakan, meriwayatkan, dan mendorongkan, maka jenis karangan yang digunakan adalah narasi.
d.    dilandasi oleh adanya unsur cerita/dongeng. maka hikayat berkesan rekaan/fiksional
e.    hikayat umumnya bermotifkan keajaiban dan kesaktian.
f.    bentuk karangan yang digunakan adalah prosa
g.    isi cerita berkisar pada tokoh raja dan keluarganya (istana sentries)
Unsur intrinsik hikayat
Tokoh
    Tokoh termasuk unsur cerita yang sangat penting. Tidak ada cerita tanpa tokoh. Tokoh-tokoh dalam cerita bersifat unik, tokoh yang satu berbeda dengan yang lainnya. Tokoh lazim pula disebut pelaku cerita. Tokoh biasanya berwujud manusia, tetapi dapat pula berwujud binatang atau benda yang diinsankan.
    Sumardjo (dalam Wahid, 2004:76) mengatakan melalui tokoh, pembaca dapat mengikuti jalannya cerita dan mengalami berbagai pengalaman batin seperi yang dialami tokoh cerita.
Zulfahnur (1996/1997:29) menjelaskan bahwa berdasarkan fungsi penampilanya, tokoh dalam cerita dibedakan menjadi tiga, yaitu tokoh protagonis, antagonis, dan trigonis. Protagonis adalah tokoh yang diharapkan berfungsi menarik simpatik dan empati pembaca. Antagonis atau tokoh lawan adalah pelaku dalam cerita yang berfungsi sebagai penantang utama dari tokoh protagonis. Tritagonis adalah tokoh yang berpihak pada protagonis atau berpiihak pada antagonis atau berfungsi sebagai penengah tokoh-tokoh itu.
    Baik tokoh protagonis maupun antagonis biasanya menjadi fokus cerita. Tokoh yang menjadi fokus ini biasanya disebut tokoh utama.
Tema
Menurut Surana (2002:56) tema adalah pokok permasalahan suatu cerita yang terus menerus dibicarakan sepanjang cerita. Pengarang sendiri tidak menyebutkan apa yang menjadi latar belakang atau tema ceritanya, tetapi dapat kita ketahui setelah kita membaca cerita itu secara keseluruhan. Dengan kata lain titik tolak sebuah cerita merupakan sebuah yang tersirat bukan tersurat. Pengarang hendak menyajikan suatu cerita ialah hendak mengemukakan suatu gagasan, ide atau pikiran utama yang mendasari sebuah karya sastra itu yang disebut tema.
Amanat
    Amanat dapat diartikan sebagai pesan berupa ide, gagasan, ajaran moral dan nilai-nilai kemanusiaan yang ingin disampaikan atau dikemukakan pengarang lewat cerita. Amanat pengarang ini dapat secara implisit dan eksplisit di dalam karya sastra implisit misalnya disiratkan dalam tingkah laku tokoh-tokoh cerita. Sedangkan eksplisit, bila dalam tengah atau akhir cerita pengarang menyampaikan pesan-pesan, nasihat pemikiran dan sebagainya (Zulfahnur, 1996:25-26).
    Sehubungan dengan hal tersebut diatas, Sudjiman (1988:57) mengemukakan bahwa amanat adalah ajaran moral atau pesan yang disampaikan oleh pengarang. Sedangkan Esten (1995:91) berpendapat bahwa amanat adalah pemecahan dan jalan keluar yang diberikan pengarang didalam sebuah karya sastra terhadap semua yang dikemukakan.
    Berdasarkan pandangan tersebut diatas, dapat dikatakan bahwa jika permasalahan yang diajukan dalam cerita juga diberikan jalan keluarnya oleh pengarang maka jalan keluarnya itulah yang disebut amanat.
Latar
    Unsur fiksi yang menunjukan dimana dan kapan kejadian-kejadian dalam cerita berlangsung disebut latar. Adapula yang menyebutkan landasan tumpu, yakni lingkungan tempat peristiwa terjadi. Latar secara garis besar dapat dikategorikan dalam tiga bagian yakni latar tempat, yang berkaitan dengan geografis, latar waktu yang berkaitan dengan masalah historis dan latar sosial yang berkaitan dengan kemasyarakatan.
Abrams dalam Nurgiantoro (1995:216) mengemukakan bahwa latar adalah landasan tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan hubungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Dapat dikatakan bahwa latar-latar tersebut sebagai ruangan atau tempat tokoh-tokoh melandaskan laku dan alasan psikologi pertumbuhan tokoh.
Menurut Sudjiman (1986:64) secara sederhana dapat dikatakan bahwa segala keterangan, petunjuk pengacauan yang berkaitan dengan waktu ruang dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra membangun latar cerita. Selanjutnya dijelaskan bahwa latar dapat dibedakan menjadi latar sosial dan latar fisik/ materi, kelompok sosial dan sifat, adab kebiasaan, cara hidup, bahasa dan lain-lain. yang melatari peristiwa. Adapun yang dimaksud dengan latar fisiknya, yaitu bangunan, daerah dan sebagainya. Latar fisik yang menimbulkan dugaan atau tautan pikiran tertentu disebut latar spiritual.
Menurut Semi (1988:46) latar dalam prosa fiksi termasuk hikayat dibedakan menjadi empat macam yaitu:
1.    Latar alam di dalamnya dilukiskan perihal lokasi atau tempat peristiwa dalam ruang alam itu.
2.    Latar waktu, yaitu latar yang melukiskan kapan peristiwa itu terjadi, pada tahun berapa, pada musim apa, jam berapa, senja hari, tengah hari, malam hari, akhir bulan, dan sebagainya.
3.    Latar sosial, yaitu yang melukiskan dalam lingkungan sosial mana peristiwa itu terjadi, lingkungan para buru pabrik, lingkungan nelayan dan sebagaina.
4.    Latar ruang, yaitu latar yang melikiskan dalam ruangan yang bagaimana peristiwa itu berlangsung, didalam kamar, dalam aula dan sebagainya.
Alur
    Menurut Surana (2002:54) didalam sebuah cerita rekaan berbagai peristiwa disajikan dengan urutan tertentu. Peristiwa yang diurutkan itu membangun bidang punggung cerita yaitu alur.
Menurut Laniampe dan Sumiman (2001:35) bahwa sebuah peristiwa akan menjadi penyebab atau akibat dari peristiwa yang lain yang pada akhirnya akan berhubungan tanpa ada peristiwa yang terlepas. Hubungan antara satu peristiwa atau sekelompok peristiwa dengan peristiwa yang lain inilah yang disebut plot. Hal ini sejalan dengan pandangan Staton (Nurgiantoro, 1995:133) bahwa alur adalah cerita berisikan urutan kejadian, namun setiap kejadian itu hanya dihubungkan sebab akibat. Peristiwa satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Karena alur dibangun berdasarkan hubungan sebab akibat, maka alur tidak dapat berdiri sendiri. Alur selalu berhubungan dengan elemen lainnya, seperti watak, tokoh, setting, tema dan konflik.
    Berdasarkan pandangan-pandangan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa alur adalah struktur penceritaan prosa fiksi yang di dalamnya berisi rangkaian kejadian peristiwa yang disusun berdasarkan hokum sebab akibat (kausalitas) serta logis.
Sudut Pandang
    Menurut Lubbock (dalam Sudjiman, 1965:75) mengatakan bahwa sudut pandang mengandung arti hubungan diantara tempat penderita berdiri dan ceritanya. Didalam atau di luar cerita. Hubungan ini ada dua macam, yaitu hubungan pencerita diaan dengan ceritanya, dan hubungan pencerita akuan dengan ceritanya. Hudson mengemukakan istilah point of view dengan arti pikiran atau pandangan pengarang yang dijalin dalam karyanya. Sudut pandang dalam kesusastraan terdiri atas:
1.    Sudut pandang fisik, yaitu posisi didalam waktu dan ruang yang digunakan pengarang di dalam pendekatan materi cerita;
2.    Sudut pandang mental, yaitu perasaan sikap pengarang terhadap masalah didalam cerita;
3.    Sudut pandang pribadi, yaitu hubungan yang dipilih pengarang di dalam membawakan materi, sebagai orang kedua, atau orang ketiga.

Menurut Surana (2002:51) sudut pandang terbagi atas:
a.    Cara orang pertama. Pengarangnya memakai istilah “aku”atau”saya”. Dalam hal ini pengarang sendiri menjadi tokoh didalam cerita. Pengarang tidak selalu menjadi tokoh utama tetapi ia hanya memegang peranan kecil, ia hanya sekedar pencerita tentang tokoh utama.
b.    Cara orang ketiga. Disini pengarang memakai istilah “ia”atau”dia” atau memakai nama orang. Pengarang berdiri di luar pagar seolah-olah dia dalang yang menceritakan pelaku-pelakunya. Dari cara ketiga ini, pengarang dapat bersikap menceritakan apa perbuatan tokoh-tokoh dalam cerita sedang ia tidak tahu pikiran dan perasaan mereka. Sikap kedua pengarang menceritakan tokoh-tokohnya, dan mengetahui jalan perasaan dan pikiran tokoh-tokoh cerita.

Minggu, 03 Juni 2012

15. CONTOH PUISI
Misteri Cinta
Tak dapat ku mengerti Juga tak dapat ku pahami
Mungkinkah aku masih bisa menemukan cinta yang sejati..
Meski aku tak pernah lagi kau beri sebuah arti cinta yang sejati..
Tak pernah lagi mengukir kisah dalam hati yang akan terkenang hingga mati
Dan akan tetap jadi yang abadi..
Namun cinta ini seperti pecahan logam yang mengekalkan kesendirianku
yang kelam Membutakan mata, bagai memandang dalam kegelapan malam..
Bahkan membekukan hati Yang tak ada jiwa mengisi..
Keberadaan cinta dalam hidupku masih menyisakan misteri
Yang takan terungkap lagi, Bagai raga tanpa jiwa…
14. Kata Ganti atau Pronomina
Yang termasuk dalam jenis kata ini adalah segala kata yang dipakai untuk menggantikan kata benda atau yang dibendakan. Pembagian Tradisional menggolongkan kata-kata ini ke dalam suatu jenis kata tersendiri. Ketentuan ini tidak dapat dipertahankan dari segi structural, karena kata-kata ini sama strukturnya dengan kata-kata benda lainnya. Oleh karena itu dalam usaha mengadakan pembagian jenis kata yang baru kita akan menempatkannya dalam suatu posisi yang lain dari biasa.
Kata-kata ganti menurut sifat dan fungsinya dapat dibedakan atas:
1. Kata Ganti Orang atau Pronomina Personalia
Kata Ganti Orang dalam bahasa Indonesia adalah:
                                             Tunggal             Jamak
                       Orang   I :       aku                     kami, kita
                       Orang  II :       engkau                kamu
                       Orang III :       dia                      mereka
a. Untuk orang I
Untuk orang pertama tunggal, guna menyatakan kerendahan diri dipakai kata-kata hamba, sahaya (Sansekerta: pengiring, pengikut), patik, abdi. Sebaliknya intuk mengungkapkan suasana yang agung atau mulia maka kata kami yag sebenarnya digunakan untuk orang pertama jamak dapat dipakai pula untuk menggantikan orang pertama tunggal. Ini disebut pluralis majestatis.
b. Untuk orang II
Untuk orang kedua tunggal dipakai paduka (Sansekerta: sepatu), tuan, Yang Mulia, saudara, ibu, bapak, dan lain-lain. Semuanya itu dipakai untuk menyatakan bahwa orang yang kita hadapi jauh lebih tinggi kedudukannya daripada kita. Kata kamu yang sebenarnya merupakan kata ganti orang kedua jamak dipakai pula sebagai pluralis majestatis untuk menggantikan orang kedua tunggal. Tetapi pada masa sekarang ini nilai keagungan itu sudah tidak terasa lagi, karena terlalu sering dipakai.
c. Untuk orang III
Untuk orang ketiga dipergunakan juga kaata-kata beliau, sedang bagi yang telah meninggal dipakai kata mendiang, almarhum atau almarhumah.
2. Kata Ganti Kepunyaan atau Pronomina Posesif
Kata ganti kepunyaan adalah segala kata yang menggantikan kata ganti orang dalam kedudukan sebagai pemilik: -ku, -mu, -nya, kami, kamu, mereka. Sebenarnya pembagian ini dalam bahasa Indonesia tidak diperlukan sebab yang disebut kata ganti kepunyaan itu sama saja dengan kata ganti orang dalam fungsinya sebagai pemilik. Dalam fungsinya sebagai pemilik ini, kata-kata tersebut mengambil bentuk-bentuk ringkas dan dirangkaikan saja di belakang kata-kata yang diterangkannya.
     bajuku   = baju aku
     bajumu  = baju engkau
     bajunya  = baju n + ia
Bentuk-bentuk ringkas ini yang diletakkan di belakang sebuah kata disebut enklitis . Bentuk enklitis ini dipakai juga untuk menunjukkan fungsi kata ganti orang, bila kata ganti orang itu menduduki jabatan obyek atau mengikuti suatu kata depan:
padaku, padamu, padanya, bagiku, bagimu, baginya, dan lain-lain.
Apabila bentuk-bentuk ringkas itu dirangkaikan di depan sebuah kata disebut proklitis , misalnya kupukul, kaupukul.
Di atas telah disinggung bahwa apa yang dinamakan kata ganti kepunyaan itu dalam bahasa Indonesia tidak pelu ada. Bahwa dalam bahasa Yunani-Latin terdapat konsepsi ini, hal itu sejalan dengan struktur bahasa-bahasa tersebut. Sebagai contoh, kata saya dalam bahasa Latin adalah ego dengan mengambil bermacam-macam bentuk sesuai dengan fungsinya dalam kalimat: ego, mei, mihi, me; tetapi dalam fungsinya sebagai pemilik terdapat bentuk meus, yang akan mengambil semua bentuk sebagai kata-kata sifat sesuai dengan kata benda yang diikutinya: meus, mei, meo, dan lain-lain. Jadi kata meus memiliki deklinasi tersendiri. Bahasa Indonesia tidak demikian. Dalam segala hal kata saya, misalnya, tetapi tidak berubah: saya berjalan, abang memukul saya, ia memberi sebuah buku kepada saya, ia mengambil buku saya, dan sebagainya. Kata saya dalam buku saya tidak mengurangi pengertian kita bahwa kata itu adalah pengganti orang dengan fungsi sebagai pemilik sesuatu.

13. MEDIA PEMBELAJARAN RESENSI
Bacalah cerpen Berikut!
Kemalangan Muallaf
Bulan  dan bintang  tak  dapat  memaksaku  kali  ini  untuk  mengatakan  keindahannya.  Bahkan  malam  dingin  ini  sekali  pun.  Aku  tak  mampu  mempotesnya,  kumpulan  kata  dalam  gudang  kata  telah  habis.
Entah  dari  mana   harus  memulainya.  Apakah  dari  kursi  hijau  ini?  Atau  dari  silaunya  sinar  lampu  neon.  Entahlah,  segalanya  di  mulai  dari  senja  yang  merambat  gelap.  Seiring  angin  malam  berhembus  sendu,  dari  balik  rumput  liar  jangkrik  dan  katak  kembali  bersenandung.
    Cerita berawal di  sini
“ Kemanakah  aku  harus  berlindung ?”, teriaknya  seakan  menggema  di  angkasa  yang  seakan  mengamuk.  Tapi  saying  tak  ada  jawaban, hanya  suara  angin  yang  semakin  kencang  berputar  di  udara.  “
 Bismillahirahmanirrahim…..Alhamdulillahirrabiallamin…………Waladdollin….Amiiiiiiin”.  Seketika  suara  menggema  entah  dari  mana,  perlahan  dan  sangat  perlahan  dibelahan  awan  lain nampak  Alquran  menggantung  di  langit. 
Senin,  23  mei  2009
    Mimpi  semalam  begitu  menggemparkan  seluruh  sel-sel  dalam  darah jiwa,  mengundang  Tanya,  apa  yang  harus  diperbuat?  Enam  hari  berikutnya  kejadian  semakin  nyata,  berulang  dan  terus  berulang.  Hingga  kalimat  dalam  setiap  mimpi  itu  membuat  hafal  secara  fasih.
    Ibadah  minggu  ini  berjalan  seperti  biasa,  tapi  terasa  hambar.  Kosentrasi  akhir-akhir  ini  buyar,  semua  terasa  salah,  ada yang  lain. Ibadah-ibadah  selanjutnya  membuatku  enggan  dan  semakin terasa  hampa.  Papa,  mama,  adik, dan kakak  yang  begitu  dekat  dihati,  tapi  kini  begitu  asing  dipikirkan.  Mereka  Nampak  begitu  berbeda  sejak  malam-malam  itu.  Tak  ada lagi  simbol-simbol  ketuhanan  melekat  yang  sejak  kecil  mengikat  dilehernndan  pergelangan  tangan.
Senin,  5  juli  2009
    Hari  ini,,  tepatnya  siang  ini  di  suatu  meja  disuatu  bank,  duduk  seorang  gadis  yang  entah  apa,  bekerja  tanpa  sadar. Dia  adalah  aku  yang  terus  mengerayangi  keyboard  di  depan  computer.  Tangan-tangan  terlatih  tak  putus-putusnya  melentik  dari  huruf  ke  huruf,  hingga………….
    “Lia  mau  kemana  kamu  nak?”,  tiba-tiba  suara  mama  terdengar  dan  dalam  baying  Nampak.  Natalia  kecil  berlari  menuju  rumah  meninggalkan  mama  dan  papa  yang  sedang  berbincang  diteras.
    “Hari  sudah  magrib,  ma!”,  sementara  adzan  magrib  memukul-mukul  relung  jiwa,  di dada ini,  di  dalam  kamar  begitu  jelas  suaranya,  memebuatku  tenang  sesaat.  Rasa  ini  mengingatkan  di  suatu  pagi  di hari  lebaran  dimana  takbir  bersahut-sahutan.  Menyanyikan  kesenangan  yang  asing  bagi  diri  saaat  itu.  Serta  lambaian  tangan  sepermainanku  saat  berjalan  menuju  lapangan  shalat.
    Tiba-tiba  kembali  berganti,  kabur  semua  kabur. perlahan  sebuah  kubah  Nampak  melengkung.  Seseorang  yang  sangat  ku  kenal  dalam  busana  yang  aneh,  sedang  berkata-kata  dalam  bahasa  yang  ingin  kudengar.  Di depannya  hanya  sebuah  Alquran  dan  seseorang  yang  memakai  jubah  putih,  juga  berkata-kata  dalam  bahasa  yang  ku  kenal
Apakah  itu  aku….?  Natalia ?  apakah  itu  aku  berkerusung….?  Semua  tiba-tiba  kembali  tersadar,  computer,  keyboard,  meja, dan  wajah-wajah  serius  di  depan  computer.  Apa  yang  telah  terjadi?
Kamis,  11  Juni  2009
    Kejadian  siang itu adalah jawaban mengapa aku harus berada di tempat ini.  Tempat  yang selama ini hanya  dapat terbayangkan.  Kubah  putih  berjendela  lebar, rasa sejuk  seketika  merasuk  jauh  dalam  tulang  sum-sum.  Belum  sempat  kukagumi  rasa lapang  ini, tatapan  penuh  kasih  menyambut.  Dengan  sabar  dirapikannya  peci  putih,  syal  putih,   serta  baju  koko  putihnya.  Tak  ada  Tanya  yang  keluar  dari mulutnya, dengan halus  dipersilahkannya aku masuk.  Sekan-akan akulah tamu  yang ia tunggu-tunggu sedari tadi.  Dejavu  seketika  menghinggapiku, sepertinya  kejasian  ini  hanya  ulangan  dari  mimpi  siang  tadi.
    Diajaknya  aku  ke  tempat  wudhu,  dan  semua  mengalir  seperti  air  dingin diwajah  serta  telapak  tanganku  seakan  mewujudkan  mimpi-mimpi  aneh  selama  ini.  hati  sudah  bulat,  ini adalah  petujuk  meski  asing  bagiku   maupun  seluruh  keluargaku  yang tak akan  mungkin  setuju  atas  semua  ini.
    Disini aku duduk dihadapanya, melafalkan kalimat-kalimat dalamm kakuan…’Dua  Kalimat  Syahadat’  akhirnya  dapat  juga  kulafalkan  seakan  pernah  ku  ucapkan  di  kehidupan  yang  nyata.
    Tampak  dari  kejauhan  kakak  memanggil  dengan  penuh  kemarahan,  serentak  kai  gelisah  dan  tergesah  menghambur  ke  pintu  membawa  pulang  kerudung  pemberian  yang  mereka  sebut  sebagai ‘ mukkenah’.  Berlari  hingga  bersembunyi  dalam  kamar  kos  yang  berukuran 4x6  meter.  Di  sinilah  tempatku  sembunyi  dari  kehidupan  yang  tak  lagi  kujalani  oleh kaki-kaki  keinsyafan  serta  tempat  menyamaikan  benih-benih  doa  juga kesolekan.
Rabu, 14 april  2010   
    Akibat  dari  penyimpangan  yang  ku lakukan   sebutan  dari  mama  dari  apa  yang  telah  ku  lakukan.  Namun  bagiku  pertobatan  yang  ku  lakukan.  Hari-hari  yang  telah  ku  pilih  tak  mudah  untu  ku  lewati.  Dunia  seakan  gelap,  tak  ada  belaian  mama,  teguran  papa  atau  canda  tawa  dari  adik-kakakku.  Mereka  mengisolasi  ruang  gerakku  dengan  sedapat  mungkin  menghilang  dari  hadapanku  yang  baru.  Telepon  tak  pernah  dijawab,  bahkan nomor  ponsel pun  diganti.  Dan  yang  paling  menyakitkan  keluarga  yang  lain  tak  ada  lagi  yang  mau  kenal.  Teringat  kata  mereka  “siapa ya?  Aku tak  kenal!!” ,  saat  berpapasan  di  tempat  aku  bekerja.  Membuat  jiwa  semakin  kecil  dihadapan-NYA,  tak  terasa  air  mata  jatuh  mengenang  dalam  sajadah  panjang.
    Malam-malam  hanya  berganti  malam,  hanya shalat  pengobat  rindu  pada mama,  papa,  kakak  maupun  adik.  Di saat  rindu  merekah  dan berbuah  tangis,  tahajjud  adalah  pelipur  segalanya.  Hingga  adzan  subuh  memanggil.
A
12.Wacana
Wacana diartikan secara sederhana oleh Poerwadarminta sebagai ucapan, percakapan. Harimurti Kridalaksana dalam kamus linguistik, wacana adalah satuan bahasa terlengkap; dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh seperti novel, buku, seri ensiklopedia, dan sebagainya, paragraf, kalimat atau kata yang membawa amanat yang lengkap (Kridalaksana, 1983). Waccana itu sebagai rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal (subjek) yang disajikan secara secara teratur, sistematis dalam satu kesatuan yang koheren, dibentuk oleh unsur segmental maupun nonsegmental bahasa.
     Berdasarkan pengertian wacana, ciri-ciri dan sifat wacana dapat dibedakan sebagai berikut:
1.    Wacana dapat berupa rangkaian ujar secara lisan dan tulisan atau rangkaian tindak tutur,
2.    Wacana mengungkapkan suatu hal (subjek),
3.    Penyajiannya teratur, sistematis, koheren, lengkap dengan semua situasi pendukungnya,
4.    Wacana memiliki satu kesatuan misi dalam rangkaian itu,
5.    Wacana dibentuk oleh unsur segmental dan nonsegmental
Berdasarkan analisisnya, ciri-ciri dan sifat wacana adalah sebagai berikut:
1)    Analisis wacana membahas kaidah memakai bahasa di dalam masyarakat (rule of use-menurut Widdowson),
2)    Analisis wacana merupakan usaha memahami makna tuturan dalam konteks, teks dan situasi (Firth),
3)    Analisis wacana   pemahaman rangkaian tuturam melalui interpretasi semantik (Beller),
4)    Analisis wacana berkaitan dengan pemahaman bahasa dalam tindak berbahasa (Labor),
5)    Analisis wacana diarahkan pada masalah memakai bahasa fungsional (Coulthard)
Ciri-ciri dasar lain
1.    Analisis wacana bersifat interpretasi pragmatis, baik bentuk bahasanya maupun maksudnya,
2.    Analisis wacana banyak bergantung pada interpretasi terhadap kontteks dan pengetahuan yang luas,
3.    Semua unsur yang terkandung di dalam wacana di analisis sebagai suatu rangkaian,
4.    Wujud bahasa dalam itu lebih jelas karena di dukung oleh situasi yang tepat,
5.    Khusus untuk wacana dialog, kegiatan analisis terutama berkaitan dengan pertanyaan, jawaban, kesempatan berbicara, penggalan percakapan dan lain-lain.
Wujud dan jenis wacana
    Segi realitas
    Sebagai media komunikasi
    Segi penyusunan
•    Wacana naratif adalah rangkaian tuturan yang menceritakan atau menyajikan suatu hal atau kejadian melalui penonjolan tokoh pelaku (orang I atau III) dengan maksud memperluas pengetahuan pendengar atau pembaca.
•    Wacana prosedural adalah rangkaian tuturan yang melukiskan sesuatu secara berurutan yang tidak boleh dibolak-balik unsurnya karena urgensi unsur yang lebih dahulu menjadi landasan unsur yang berikutnya.
•    Wacana hortatorik adalah tuturan yang isinya bersifat ajakan atau nasehat. Kadang-kadang tuturan itu bersifat memperkuat keputusan atau agar lebih menyakinkan, sedangkan tokoh penting di dalamnya adalah orang II.
•    Wacana eksporitorik adalah rangkaian tuturan yang bersifat memaparkan suatu pokok pikiran. Tujuannya adalah tercapainya tingkat pemahaman akan sesuatu itu supaya lebih jelas, mendalam, dan luas dari sekedar ebuaha pernyataan yang bersifat global atau umum.
•    Wacana deskriptip adalah rangkaian tuturan yang memaparkan sesuatu atau melukiskan sesuatu, baik berdasarkan pengalaman maupun pengetahuan penuturnya. Tujuannya adalah tercapainya penghayatan yang agak imajinatif terhadap sesuatu, sehingga pendengar atau pembaca merasakan seolah-olah ia sendiri mengalami atau mengetahuinya secara langsung.
Konteks wacana
1.    Latar
2.    Peserta
3.    Hasil
4.    Amanat
5.    Cara
6.    Sarana
7.    Norma
8.    Jenis
11. KOLOPE, MAKANAN UNIK KHAS MUNA

Muna merupakan salah satu pulau yang ada di Sulawesi Tenggara yang memiliki banyak kebudayaan, cerita dan lain sebagainya. Di Muna, juga  memiliki makanan khas tradisional di antaranya, kambuse, ubi jalar, umbi keladi, umbi talas, kabuto dan kolope. Di antara makanan khas ini, kolope merupakan makanan yang sangat unik. Terutama pada proses pengolahan sebelum menjadi bahan makanan.
Kolope merupakan salah satu jenis tumbuhan umbi-umbian yang memiliki daun yang lebar, batangnya yang berduri dan umbinya besar berbulu. Bagi orang tua, kolope merupakan makanan pokok sehari-hari. Menghadapi krisis moneter dan jenis makanan apalagi jajanan, kolope bisa juga dijadikan sebagai makanan ringan teman bicara yakni kerupuk manis kolope.
Keunikan kolope, dapat dilihat berdasarkan  cerita  secara turun temurun,  kolope (ubi gadung) pernah mengeluarkan kutukan bahwa “Andai akan ada manusia yang memerlukan untuk memakanku, demi langit, ia akan mati berkeping-keping, ia akan muntah, dan mulutnya akan berbuih. Kecuali kalau dia harus bersusah payah terlebih dahulu, menggaliku, mengupas kulitku, dan mengiris tipis-tipis dagingku. Lalu, menjemur, merendam, dan menginjak-injakku di dalam air mengalir selama empat hari empat malam. Niscaya, jika aku tidak diperlakukan demikian, aku tidak pernah bisa dimakan oleh manusia.”
Sehabis berkata demikian, tanpa pamit, kolope langsung berdiri dan pergi. Sejak saat itulah kolope tidak lagi tinggal di dalam kebun manusia. Ia hidup di hutan. Apabila ada orang yang memakannya pasti ia akan muntah-muntah dan kemudian mati. Dari cerita inilah maka kolope memiliki beberapa tahap pengolahan sebelum dimakan, sebagaimana kutukan dalam cerita di atas, kecuali kalau ia dikerjai dulu, direndam, diinjak-injak dalam air kali yang mengalir, dan di jemur, barulah ia dapat di makan. Di sinilah awal para orang tua terdahulu mempercayai bahwa kolope tidak dapat diolah langsung menjadi bahan makanan seperti beras atau jagung dan jenis umbi-umbian lainnya. Setelah dikerjai, direndam, dan diinjak-injak dalam air kali kemudian dijemur selama empat hari empat malam, kolope bisa dikonsumsi.
Memasak kolope terlebih dahulu dikukus dan diberi kelapa parut. Kelapa parut dipercaya dapat menghilangkan zat yang memabukkan pada kolope. Jika tidak bagus cara memasaknya, dalam artian tidak masak dengan baik, maka ada kemungkinan akan muncul efek mabuk pada orang yang mengonsumsi kolope tersebut. Zat memabukkan inilah yang ditakuti para konsumen kolope. Namun demikian, kolope tetap merupakan makanan yang enak, terlebih lagi jika dimakan dengan lauk kansialo ( ikan kering ) dan sayur bening.






10. CONTOH RPP DAN BAHAN AJAR

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
SEKOLAH             : SMA Kartika Kendari
MATA PELAJARAN    : Bahasa Indonesia
KELAS             : X
SEMESTER             : 1
ALOKASI WAKTU        : 2 x 45 Menit

STANDAR KOMPETENSI
Menulis : 8. Mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui kegiatan menulis puisi.
KOMPETENSI DASAR
Menulis puisi lama dengan memperhatikan bait, irama, dan rima.
INDIKATOR
    Kognitif
    Proses
    Mengidentifikasi jenis-jenis puisi lama
    Mengidentifikasi banyak bait, irama, dan  rima dari puisi lama
    Produk
    Membedakan jenis puisi lama
    Menemukan bait, rima, dan irama di dalam  puisi lama

    Psikomotor
    Mampu menulis puisi lama

    Afektif
    Karakter
    Teliti
    Tekun

    Keterampilan sosial
    Mampu membacakan hasil tulisan di hadapan teman-teman
TUJUAN PEMBELAJARAN
    Kognitif
    Proses
    Setelah menulis puisi lama siswa diharapkan  mampu:
    Mengidentifikasi jenis puisi lama
    Mengidentifikasi banyak bait, rima, dan irama yang terdapat di dalam puisi lama

    Produk
    Setelah menulis puisi lama, siswa diharapkan  mampu:
    Menentukan jenis puisi lama
    Menentukan banyak bait, rima, dan irama yang terdapat di dalam puisi lama

    Psikomotor
    Setelah mempelajari dan berlatih menguasai hasil pencapaian tujuan produk di atas, siswa secara mandiri diharapkan mampu:
    Menuliskan puisi lama
    Membacakan hasil tulisan di hadapan teman-teman

    Afektif
    Karakter
Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dengan memperhatikan kemajuan dalam perilaku seperti ketelitian dan ketekunan.
    Keterampilan sosial
Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dengan memperlihatkan kemajuan dalam kemampuan menuliskan puisi lama dan keterampilan menyampaikan hasil tulisan dengan bahasa yang baik dan benar di hadapan teman-teman.

MATERI PEMBELAJARAN
    Membedakan jenis-jenis puisi lama
    Mennetukan bait, rima, dan irama yang terdapat di dalam puisi lama

MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN
    Pendekatan : Pembelajaran Kontekstual
    Model pembelajaran : pembelajaran langsung (eksplisit)
    Metode pembelajaran
    Unjuk kerja
    Penugasan

BAHAN
    Lembar kerja
    Spidol

ALAT
    Teks Puisi Lama

SKENARIO  PEMBELAJARAN
NO    Kegiatan    Penilaian Pengamat
        1    2    3    4
Pertemuan I
A1    Kegiatan awal (10 menit)
    Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan menanyakan keadaan siswa yang tidak hadir.
    Guru memberi motivasi kepada siswa.
    Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai.
    Guru melakukan apersepsi dengan bertanya mengenai pengetahuan siswa tentang hal-hal pokok, hal menarin, dan unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen.               
   
Kegiatan inti (25 menit)
    Siswa secara bersama-sama membaca materi tentang puisi lama.
    Guru memberi penjelasan tentang materi  yang telah ditentukan.
    Siswa membaca contoh puisi lama.
    Secara individu siswa menuliskan contoh puisi lama.
    Tiap-tiap siswa bersiap untuk membacakan puisi lama yang telah dituliskannya.
    Siswa lain mendengarkan pemaparan yang disampaikan oleh temannya.               
C1    Kegiatan akhir (10 menit)
    Guru dan siswa melakukan refleksi tentang pembelajaran hari ini.
    Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran hari ini.
    Guru memberi tugas kepada siswa kemudian pembelajaran ditutup dengan salam.               

SUMBER PEMBELAJARAN
    Buku: Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA kelas X
    Materi Esensial Bahasa Indonesia
    Silabus

EVALUASI DAN PENILAIAN
    Evaluasi
    Evaluasi Proses: dilakukan berdasarkan pengamatan terhadap aktifitas siswa dalam menggarap tugas.
    Evaluasi Hasil: dilakukan berdasarkan analisis hasil pengerjaan tugas dan pengamatan unjuk keterampilan.

    Penilaian
    Tugas Individu

LEMBAR KERJA SISWA
(LKS)


BAHASA INDONESIA
SMA KELAS X SEMESTER 1



Standar Kompetensi
Menulis : 8. Mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui kegiatan menulis puisi.





Oleh:

LKS 1:                              LEMBAR KERJA SISWA                   Bahasa Indonesia
Nama…………………….       Kelompok………………     Tanggal……………….
Kegiatan 1

    Sebutkan jenis-jenis puisi lama yang kamu ketahui!
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………

    Sebutkan ciri-ciri dari puisi lama yang kamu kemukakan diatas!
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….   

LKS 2:                              LEMBAR KERJA SISWA       Bahasa Indonesia
Nama…………………….       Kelompok………………     Tanggal……………….
Kegiatan 2

    Tuliskanlah lima contoh pantun, kemudian identifikasi banyak bait, jenis rima dan irama dari pantun yang kamu buat!
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
LEMBAR PEGANGAN GURU
(LPG)


BAHASA INDONESIA
SMA KELAS X SEMESTER 1



Standar Kompetensi
Menulis : 8. Mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui kegiatan menulis puisi.





Oleh:







Hakikat Puisi Lama
    Puisi adalah ungkapan imajinatif yang dirangkai dengan irama dan memperhatikan pemaknaan. Jauh sebelum kita mengenal puisi komtemporer masa kini, dulu puisi telah banyak dibuat dengan berbagai bentuk dan kaidah, yaitu puisi lama. Puisi lama berbeda dengan puisi baru. Menurut Alisjahbana puisi lama adalah bagian dari kebudayaan lama yang dipancarkan oleh masyarakat lama.
Bentuk-bentuk puisi lama:
    Syair, yaitu sajak yang terdiri atas empat baris dalam satu bait. Baris pertama hingga terakhir pada syair berima a-a-a-a.
Contoh:
Sengsara gerangan takdirnya untung (a)
Sebagai nasib si bunga betung (a)
Hanyut di sungai terkatung-katung (a)
Diejekkan kera dan lutung (a)
    2. Karmina, yakni sajak yang terdiri atas dua baris saja. Umumnya berisi sindiran atau gurauan.
         Contoh:
Kayu lurus dalam ladang
Kerbau kurus banyak tulang
    3. Pantun, yaitu sajak yang terdiri atas empat baris dalam satu baitnya. Baris pertama dan kedua merupakan sampiran, sedangkan baris yang ketiga dan keempat adalah isi. Pantun menggunakan rima a-b-a-b. Pantun memiliki banyak jenis, seperti pantun berkasih-kasihan, pantun jenaka, pantun agama, pantun perdagangan, pantun berduka, dan lain-lain.
    4. Talibun, sebenarnya dapat dikategorikan dengan pantun, jika pantun hanya terdiri dari empat baris, talibun memiliki lebih dari empat baris.
    5. Gurindam, yaitu puisi lama yang isi dan temanya tak berbeda dengan pantun, karena kebanyakan berisi nasihat dan mendidik.

Bait, Irama, dan Rima
1. Bait
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bait adalah satu kesatuan dalam puisi yang terdiri atas beberapa baris. Fungsi bait adalah membagi puisi menjadi bab-bab pendek.
2. Irama
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2003: 442), irama adalah alunan yang tercipta oleh kalimat yang berimbang, selingan bangun kalimat, dan panjang pendek serta kemerduan bunyi.
3. Rima
Rima adalah persamaan atau perulangan bunyi (Wiyanto, 2005: 29).
Jenis-Jenis Puisi Lama
Ciri-ciri puisi lama:
    Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya.
    Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
    Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.
Yang termasuk puisi lama adalah:
    Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib.
    Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka.
    Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek.
    Seloka adalah pantun berkait.
    Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat.
    Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita.
    Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris




LEMBAR PENILAIAN
(LP)


BAHASA INDONESIA
SMA KELAS X SEMESTER 1



Standar Kompetensi
Menulis : 8. Mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui kegiatan menulis puisi.




Oleh:





LP 1 : KOGNITIF PROSES

Pedoman Penskoran LKS 1
No    Komponen    Deskriptor    Skor
            1    2    3
1    Mengidentifikasi jenis-jenis puisi lama
   
Siswa mampu mengidentifikasi jenis-jenis puisi lama
           
2   
Mengidentifikasi banyak bait, irama, dan rima dari puisi lama
    Siswa mampu mengidentifikasi banyak bait, irama, dan rima dari puisi lama           

Keterangan:
    (3) sangat tepat
    (2) tepat
    (1) tidak tepat


    Cara Pemberian Nilai

Rumus:                        Nilai=(Skor Perolehan Siswa)/(Skor Maksimun)   x  100

LP 2 : KOGNITIF PRODUK

Pedoman Penskoran LKS 2
No    Komponen    Deskriptor    Skor
            1    2    3
1    Menentukan jenis-jenis puisi lama
   
Siswa mampu menentukan jenis-jenis puisi lama
           
2   
Menentukan banyak bait, irama, dan rima dari puisi lama
    Siswa mampu menentukan banyak bait, irama, dan rima dari puisi lama           

Keterangan:
    (3) sangat tepat
    (2) tepat
    (1) tidak tepat


    Cara Pemberian Nilai

Rumus:                        (Skor Perolehan Siswa)/(Skor Maksimun)   x  100

LP 3 : PSIKOMOTOR
Pedoman Penskoran LKS 2
No    Komponen    Deskriptor    Skor    Catatan
1   

Menuliskan puisi lama
   
Siswa mampu menulis beberapa jenis puisi lama
    3

2

1   
2   
Mampu membacakan puisi yang dibuat dengan kriteria:

    Suara




    Lafal




    Intonasi   




    Sangat jelas
    Kurang jelas
    Tidak jelas  


    Sangat jelas
    Kurang jelas
    Tidak jelas  


    Sangat jelas
    Kurang jelas
    Tidak jelas       




3
2
1


3
2
1


3
2
1   

Keterangan:
    (3) sangat tepat
    (2) tepat
    (1) tidak tepat

    Cara Pemberian Nilai

Rumus:                        (Skor Perolehan Siswa)/(Skor Maksimun)   x  100


LP 4 : AFEKTIF (KARAKTER)
No    Karakter    Skor Total
    Tanggung Jawab    Disiplin    Ketekunan    Kreatif    Kritis   
1    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
2    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
3    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
5    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
6    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
7    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
8    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
9    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
10    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
11    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
12    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
13    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
14    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
15    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
16    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
17    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
18    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
19    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
20    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
21    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
22    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
23    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
24    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
25    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
26    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
27    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
28    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
29    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
30    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
31    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
32    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
33    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
34    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
35    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
36    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
37    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
38    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
39    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
40    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
Keterangan
4    = sangat baik        2    = kurang baik
3    = baik            1    = tidak baik

LP 5 : AFEKTIF (KECAKAPAN SOSIAL)
No    Karakter    Skor Total
    Inisiatif    Berbahasa Santun dan Komunikatif    Partisipasi   
1    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
2    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
3    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
4    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
5    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
6    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
7    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
8    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
9    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
10    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
11    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
12    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
13    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
14    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
15    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
16    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
17    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
18    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
19    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
20    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
21    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
22    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
23    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
24    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
25    1 2 3 4    1 2 3 4    1 2 3 4   
…               

Keterangan
4    = sangat baik        2    = kurang baik
3    = baik            1    = tidak baik


Kendari,13 Desember 2011
Mengetahui,                                         
Guru Pamong                                    Mahasiswa KKP-PPL

Nur Niati, S.Pd                                    Eka Cahyowati
                         Menyetujui,
                    Kepala Sekolah

Drs. H. N.P Dahlan